LEGENDA SI DOUNDANG DAN SOMBAON SI TAMPAR API

LEGENDA SI DOUNDANG DAN SOMBAON SI TAMPAR API
Nauli Basa Sitampar Api


LEGENDA SI DOUNDANG DAN SOMBAON SI TAMPAR API


rumahdongeng.com - Siang itu Si Doundang sedang bekerja di sawah di Silalahi Nabolak. Sebuah kampung di  tepian danau toba yang indah itu. Dia bekerja dari pagi dan tak waktu pun sudah menjelang tengah hari. Segera dia melangkah ke sebuah gubuk yang ia dirikan di bagian paling tinggi sawahnya itu. Tak lupa dia meminum air dalam labu tempat minum yang dia bawa tadi pagi dari rumah. 


Perutnya berbunyi, rasanya sudah lapar. Namun istrinya belum muncul juga membawakannya makanan. 


Baca juga:


“ Mungkin dia sedang sibuk hingga agak lama mengantar makananku”, ucapnya berbicara sendiri.


Lalu dia pun kembali mengangkat cangkulnya dan kembali mencangkul tanah sawahnya. Sambal membayangkan hasil padi yang akan dia dapat dimasa panen nanti.


Setelah beberapa saat bekerja, perutnya kembali berbunyi dan rasanya tenaganya pun hampir tidak ada lagi. Rasanya sudah hamper sore istrinya belum muncul juga. 


Hingga Si Doundang pun kembali pergi ke gubuk dan membaringkan badannya. Pandangan matanya pun mulai berkunang-kunang dan pertnya terasa sakit dan kadang berbunyi karena laparnya.


Tak sadar Si Doundang pun tertidur saking lemasnya. 


Setelah berapa lama dia tertidur, tiba-tiba istrinya pun datang.


“Pak, bangunn…. Ini kubawakan makanan.”, ujar istrinya sambl menggoyangkan badannya untuk membangunkannya. 


Si Doundang pun terbangun, sambal memegangi perutnya dengan suara yang keras dia membentak istrinya itu.


“Bawalah kembali makananmu itu , kalau tidak buangkan saja ke dalam air danau itu! Kau tak tahu bagaimana rasanya aku menahan lapar.


Dari tengah hari tadi kutunggu kedatanganmu. Daasar tak berotak seperti ikan leluhurmu itu!


Si Doundang meluapkan emosinya kepada istrinya yang sudah dia tunggu dari tadi untuk membawakan makanan buatnya. Lalu dia melemprkan cangkulnya ke tengah sawah .


Lalu istrinya pun menangis dan berkata kepada Si Doundang, “


Dulu kamu berjanji tak akan mengungkit asal-usulku, kenapa kamu lupa dengan janjmu itu?’.


Kemudian diapun  kembali berlari ke perkampungan  , dia tak menyangka jika suaminya itu akan kembali mengungkit asal-usulnya padahal sudah berjanji.


Rasanya nasibnya sama seperti leluhurnya dahulu yang juga menikah dengan manusia. Hingga leluhurnya marah dan dendam yang teramat sangat hingga menyebabkan gunung di daerah itu Meletus dan menjadi danau luas yang kini ada disekitar kampung mereka itu.  


Masih dalam keadaan menangis  , istri Si Doundang pun menghentak – hentakkan kakinya ke tanah di depan halaman rumahnya. 


Karena kuatnya kemarahan istrinya itu, tanah perkampungan yang berada di atas perbukitan danau itu pun rubuh dan menenggelamkan kampung dan seluruh isinya kedalam danau. Wilayah perkampungan yang tenggelam itu pun dinamai Tao Silalahi.


Istri Si Doundang pun menjadi Roh penjaga di sekitar Danau itu dan diberi nama “ Sombaon Sitampar Api”.


Sombaon adalah sebutan untuk roh leluhur yang dianggap sakti dan disembah oleh orang Batak zaman dahulu, sedangkan nama “ Si Tampar Api “ diberikan penduduk sekitar Tao Silalahi karena kemarahan istri si Doundang masih meluap-luap seperti api hingga air danau bergelombang tinggi  dan menenggelamkan perahu yang melewati daerah Tao Silalahi itu.


Zaman dahulu ketika perahu melintas didaerah Tao Silalahi , maka para pendayung diam dan yang paling berani diantara mereka akan berkata: "Permisi, O Oppung, biarkan kami menyeberang dengan aman dan biarkan air tetap tenang dan jernih! "


Hingga sekarang pun orang  yang melewati Tao Silalahi akan melakukan hal sama karena takut ditenggelamkan roh dari Istri Si Doundang itu.


Biodata Penulis : Jan Eduart Sipayung, Guru SD Negeri 030353 Sileuh Leuh, Kabupaten Dairi, Alamat, Perumahan DL Sitorus Panji Sidikalang, No Hp : 085262457661  FB : Jan Eduart Sipayung, IG : Jan Eduart Sipayung





Kisah di Rumah Dongeng

Posting Komentar untuk "LEGENDA SI DOUNDANG DAN SOMBAON SI TAMPAR API"